Kamis, 04 November 2010

Anjuran Menyantuni Kaum Duafa'

I. Pengertian Kaum Duafa :
Kaum dhuafa’ merupakan kaum yang terdiri dari orang-orang
yang terlantar, fakir miskin, anak-anak yatim dan orang cacat.
Kaum dhuafa’ ialah orang-orang yang menderita hidupnya secara sistemik.
Para dhuafa’ setiap hari berjuang melawan kemiskinan.

Dalam surah Al-Isra’ Ayat 26-27
Artinya :
26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

Kandungan Surah Al-Isra’ Ayat 26-27
1. Allah Swt memerintahkan seorang muslim memberikan hak kepada keluarga,
Orang miskin, dan orang yang sedang perjalanan.
2. Hak yang harus dilakukan seorang muslim terhadap keluarga dekat, orang
miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan adalah mempererat tali
persaudaraan dan hubungan kasih sayang, serta membantu meringankan beban
penderitaan yang mereka alami.
3. Hak keluarga dekat misalnya memperoleh penghormatan, kasih sayang,
mengunjungi apabila tertimpa musibah, dan ikut gembira
ketika memperoleh nikmat.
4. Hak fakir miskin, misalnya memperoleh sedekah, disayangi,
dikasihani, dan membantu meringankan beban penderitaannya.

5. Hak ibnu sabil/orang yang dalam perjalanan dengan tujuan baik
adalah memberikan bantuan dan pertolongan agar tujuan mereka tercapai.

II. Arti Dari Menyantuni Kaum Duafa

Beserta Orang Yang Pantas Diberi Santunan

Maksud dari menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau
barang yang bermanfaat untuk duafa, kaum duafa sendiri ialah orang
yang lemah dari bahasa Arab (duafa) atau orang yang tidak punya apa-apa,
dan mereka
harus disantuni bagi kewajiban muslim untuk saling memberi, itu
sebagai bentuk ibadah kepada Allah Swt perlu digaris bawahi,
bahwa “memberi” tidak harus uang malah kita berikan makanan bisa
tapi nanti ibadahnya
akan mengalir terus seperti halnya infak dan kalau sudah diberi
akan jadi tanggung jawab orang miskin itu, misal saja barang
yang diberikan digunakan untuk beribadah kepada Allah atau hal
positif lainnya akan terkena pahala yang sama, ketika Dia gunakan
tadi, sebaliknya degan digunakan mencopet atau judi kita tidak
akan mendapat pahala buruk dari orang miskin itu insya Allah
pahalanya tidak akan berkurang setelah memberi kepada orang miskin itu gunakan.

Dan menurut para ulama menyantuni kaum duafa akan menyelamatkan diri
kita dari api neraka, tapi sekarang banyak manusia yang segan megeluarkan
hartanya untuk berinfak pada kaum duafa, tapi ada juga yang selalu
membantu kaum dufa itu, bukan saja yang berarti duafa pada orang
miskin juga bisa pada misalnya ; panti asuahan, membangun masjid,
kepada diri sendiri, anak yang putus sekolah biayai pendidikannya
sampai tingkat SMA , dan keluarga dekat serta orang yang sedang
perjalanan, ini sama dijelaskan pada surat Al-isra’ ayat 26-27.

Untuk anak yatim :
(1)Islam memerintahkan untuk memeliharanya .
(2)Memuliakannya .
(3)Tidak boleh berlaku sewenang-wenang . Menjaga hartanya ( kalau ada),
sampai anak yatim tersebut dewasa,
(4)Mandiri dan bisa mengurus hartanya .

Seperti dijelaskan dalam hadist bukhari dibawah ini bila seseorang
memelihara anak yatim :

(1) Dari Sahl bin Sa’ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam syurga seperti ini."
Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya
dan merenggangkan antara keduanya itu." (Riwayat Bukhari)
(2) Surat Al Fajr ayat 17 “Sekali-kali tidak (demikian).
Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim”
(3) Surat Adh Dhuhaa ayat 9 “Adapun terhadap anak yatim maka
janganlah kamu berlaku sewenag-wenang ”
(4) Al-Isra’ : 34, Al-Baqarah : 220, An-Nisa : 2, An-Nisa : 6

(5)Untuk fakir miskin, kita harus menganjurkan orang untuk memberi makan.
Kalau tidak, bahaya, cap kita adalah pendusta agama .
(6)Fakir miskin juga termasuk kedalam golongan yang berhak menerima
zakat pun harta rampasan perang dari umat muslim .

Ada Dalam Al-Qur’an ayat berikut :

(5) Al Maun : 3
(6) Al Anam : 141, Al Baqarah : 177, Al Anfaal : 41, Al Hasyr : 7

Perlu ditekankan, bahwa defenisi Islam untuk orang yang
miskin adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya,
dan tidak pernah berfikir untuk diberi sedekah dan tidak
mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain (7) .
Jadi orang seperti inilah, yang menyebabkan anda menjadi
pendusta agama saat tidak menganjurkan untuk memberinya makan.
Dan orang seperti inilah yang berhak terhadap zakat dan bagian
dalam harta fa’i. dalam hadist buhari dan muslim dijelaskan :

(7)Dari abu hurairah ra. ia berkata rasulullah saw bersabda;
"bukan dinamakan orang miskin, orang yang meminta-minta kemudian
ia tidak memperoleh sesuap dan dua suap makanan atau tidak
memperoleh satu dan dua buah butir kurma tapi yang dinamakan
orang miskin adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya
dan tidak pernah berpikir untuk diberi sedekah dan ia juga tidak
mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain (HR Bukhari dan Muslim )

Meminta-minta didalam Islam sangatlah tidak dianjurkan.
Ia hanya pilihan untuk kondisi sangat genting.
Kepepet kata orang kita. Karena banyaknya keburukan yang didapat
dari meminta. Ketika meminta-minta, orang akan otomatis kehilangan
keberkahan harta (8). Dan sesuai konteks, meminta itu untuk
menyelamatkan diri dari kondisi kepepet,maka harus sedikit saja.
Secukupnya untuk menutupi kekurangan yang ada, tidak boleh untuk
memperkaya diri, karena sama dengan meminta bara api (9). Untuk itu,
dalam kondisi yang melaratpun, umat Islam harus tetap berusaha
mandiri dengan jalan halal. Keringanan dengan jalan meminta-minta
ini hanya diperbolehkan karena tiga sebab, yaitu : Seperti Hadist No. (10)

- Pertama seseorang yang menanggung beban yang amat berat,
maka ia diperbolehkan meminta-minta sampai dapat memperingan
bebannya; kemudia ia mengekang dirinya untuk tidak meminta-minta lagi;

- Kedua seseorang yang tertimpa kecelakaan dan hartanya habis,
maka ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak,

- Yang ketiga seorang yang sangat miskin sehingga ada tiga
orang yang bijaksana diantara kaumnya mengatakan" si fulan
benar-benar miskin" maka ia diperbolehkan meminta-minta,
sampai dapat hidup dengan layak.

Dalam hadist riwayat bukhari & muslim Dijelaskan ialah :

(8) Dari Hakim Bin Hizam ra. ia berkata; saya meminta kepada
Rasulullah SAW, maka beliau memberi saya ; kemudian saya meminta
lagi kepada beliau dan beliau memberi saya lagi. kemudian beliau
bersabda; " Hai Hakim, sesungguhnya harta itu memang manis dan
mempesonakan. siapa saja mendapatkannya dengan kemurahan jiwa,
maka ia mendapatkan berkah, tetapi siapa saja mendapatkannya
dengan meminta-minta, maka ia tidak akan mendapatkan berkah, ia
bagaikan orang yang sedang makan tetapi tidak pernah merasa kenyang.
Tangan di atas (yang memberi , lebih baik daripada tangan dibawah ;
Hakim berkata; wahai Rasulullah , demi zat yang mengutus engkau
dengan kebenaran, saya tidak akan menerima sesatu pun dari seseorang
sebuah pemberianmu ini sampai saya meninggal dunia (HR Bukhari dan Muslim )

(9) Dari Abu Hurairah ra ia berkata; Rasulullah SAW bersabda;
"siapa saja yang meminta- minta kepada sesama manusia dengan maksud
untuk memperbanyak harta kekayaan, maka sesusungguhnya ia meminta
bara api; sehingga terserah kepadanya apakah cukup dengan sedikit
saja atau akan memperbanyaknya (HR. Muslim )

Selain tiga hal diatas, Rasul menyatakan usaha meminta-minta adalah haram.

Dari pemaparan jalan yang ditawarkan Islam diatas jelas
bahwa menurunkan Perda Pelarangan Memberi Uang Kepada Pengemis,
tidak bijak. Apalagi dengan tujuan utama, kebersihan dan ketertiban.
Si Penguasa sama dengan menzalimi pengemis-pengemis dan gelandangan.
Tapi terlebih dahulu, dia menzalimi diri sendiri dengan menimbun gunugan
dosa kezhaliman.

(10) Dari Abu Bisyr Qabishah bin al Mukhariq ra, ia berkata;
saya adalah orang yang menanggung beban amat berat, maka saya mendatangi
Rasulullah SAW untuk meminta bantuannya meringankan beban itu,
kemudian beliau bersabda " tunggulah sampai ada zakat yang datang
ke sini, nanti akan aku suruh si Amil (pengumpul dan pembagi zakat)
untuk memberi bagian kepadamu , kemudian beliau bersabda; Wahai
Qabishah , meminta-minta itu tidak diperbolehkan kecuali ada salah
satu dari 3 sebab;

- Pertama seseorang yang menanggung beban yang amat berat,
maka ia diperbolehkan meminta-minta sampai dapat memperingan
bebannya; kemudian ia mengekang dirinya untuk tidak meminta-minta lagi;

- Kedua seseorang yang tertimpa kecelakaan dan hartanya habis,
maka ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak,

- Yang ketiga seorang yang sangat miskin sehingga ada tiga orang
yang bijaksana diantara kaumnya mengatakan" si fulan
benar-benar miskin" maka ia diperbolehkan meminta-minta,
sampai dapat hidup dengan layak,

Wahai Qabishah meminta-minta selain disebabkan tiga hal tadi adalah
usaha yang haram dan orang yang memakannya berarti ia makan barang haram
(HR.Muslim )